Museum Batik
Pekalongan
September 2023
S S R K J S M
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
252627282930  
Pada tanggal yang berwarna "HIJAU" ada jadwal kunjungan atau pelatihan, untuk lebih jelas coba klik tanggal yang berwarna "HIJAU"
Museum Batik Pekalongan

” Museum Batik Pekalongan berada di Jl. Jatayu No. 3 Kota pekalongan
, tepatnya di kawasan budaya Jatayu Pekalongan.

Telp : (0285) 431698

Fax : (0285) 423221

Email : Museum.batik@yahoo.com ”

— Selamat Berkunjung —

Era Perkembangan Batik Belanda

Batik Belanda merujuk pada kain-kain batik karya pembatik Belanda maupun Indo-Eropa yang banyak tinggal di area pesisir utara dan Kota-kota besar di Pulau Jawa. Batik Belanda mempunyai motf khas yang sangat popular dan disenangi baik oleh kalangan Indo-Eropa maupun kalangan keturunan Tionghoa dan masyarakat pribumi. Motif Batik Belanda menampilkan ragam bunga-bunga dengan banyak warna cerah yang memikat.

Awal muasal perkembangan batik Belanda dimulai dari kesenangan masyarakat Belanda akan kain berwarna yang kaya motif. Pada awalnya, masyarakat Belanda di Indonesia sangat menggemari kain Sembagi dari Pantai Koramandel ataupun kain Patola dari Gujarat, keduanya di India. Di pertengahan hingga akhir abad 19, kesenangan akan kain India beralih ke kain Batik sebagai akibat berkurangnya impor kain dari India. Batik pada masa itu juga banyak meniru motif dan corak warna kain India, hingga akhirnya pembatik keturunan Belanda memunculkan trend motif baru yang disesuaikan pada seleraEropa.

belanda

KeluargaBelanda (The Book of Batik, Fiona Kerliguo, 2004)

Munculnya pengusaha batik Indo-Eropa dimulai dari sekitar pertengahan abad 19. Salah satu faktor adalah untuk membantu perekonomian. Banyak dari mereka yang adalah janda, dan mereka harus mendapatkan pemasukan tambahan selain dari gaji pensiunan suaminya yang meninggal. Adalah Van Franquemont salah satu pembatik Belanda yang pertama. Dia memulai usaha Batik pada sekitar tahun 1840 di Surabaya, lalu kemudian pindah ke Ungaran Semarang. Pola Batik nya dikenal sebagai batik “Prankemon”, menampilkan berbagai ragam motif batik seperti motif dongeng, motif wayang, motif puisi, dan motif naturalis. Ada pula Catharina Carolina Van Oosterom yang memulai usaha batik di Ungaran, lalu pada tahun 1867 pindah ke Banyumas. Batik Van Oosterom dikenal sebagai batik “Panastroman”, menampilkan banyak motif yang dipengaruhi oleh kain-kain India, dan juga motif naturalis.

Selanjutnya di Pekalongan juga banyak bermunculan pengusaha Batik Belanda seperti Nyonya B. Fisfer, Scharff Van Dop, J. Toorop, A.J.F. Jans, Metzelaar, Nona A Wollwebber, hingga adik beradik Van Zuylen (Christina dan Lies). Motif yang berkembang di Pekalongan lebih menampilkan ragam motif naturalis dan motif Buketan. Adalah Metzelaar yang sering menampilkan pola bunga-bunga yang kemudian menginspirasi Eliza Van Zuylen membuat motif khas “Buket Pansellen”.

Di Pekalongan, para pengusaha batik biasanya memanfaatkan lahan belakang rumahnya untuk usaha batik. Secara umum para pengusaha tersebut tidak bisa membatik, mereka hanya menciptakan motif. Mereka mempekerjakan beberapa pembatik wanita, tukang warna colet dan celup. Para pengusaha terebut mengawasi proses pembuatan batik guna mendapat kualitas jadi sesuai dengan yang diharapkan. Hal itulah yang membuat batik Belanda terkenal dengan kualitasnya. Biasanya, pedagang yang menjual batik Belanda tersebut meyakinkan pembeli bahwa batik yang mereka jual adalah hasil pengawasan ketat si pengusaha, jadi pembeli tidak perlu sangsi dengan kualitasnya. Pada tahun 1870 dikenal metode tandatangan, dimana pengusaha batik menandatangani batik karyanya guna menunjukkan keaslian dan kualitas karya mereka.

Selain motif yang semarak, Batik Belanda menampilkan warna-warna cerah yang memikat. Pada awal perkembangan, pembatik Belanda menggunakan warna-warna nabati (alami) seperti merah dari akar pohon mengkudu/pace (morindacitrifolia), biru dari daun nila (indiegoferatinctoria), coklat dari tanaman sogo jambal (peltophorumpterocarpum), Tingi (Ceriopstagalperr), dan kuning dari tegeran (cudraniajavanensis). Van Franquemont terkenal dengan warna hijau alami, dan menjadi warna khas batik karyanya. Warna-warna yang ditampilkan Batik Belanda pun semakin semarak, seiring dengan semakin banyaknya impor warna sintetis pada awal 1900 an. Warna sintetis dapat menghasilkan banyak varian ragam warna dan praktis dalam pengolahannya.

tudung merah

Batik Dongeng “Si Tudung Merah dan Serigala” karya Metzelaar (photo: Batik Belanda 1840 – 1940, Hermen C Veldhuisen, Gaya Favorit Press 2007)

Beberapa Motif Batik Belanda yang terkenal adalah Motif Buketan, Motif Dongeng, dan Motif Kompeni. Motif Buketan menampilkan serangkaian bunga yang digambarkan berulang dalam kain, biasanya disertai tambahan ragam hias kupu-kupu dan burung.  Motif dongeng menggambarkan cerita dongeng Eropa seperti Cinderella, Roodkapje (Si Tudung Merah dan Serigala), Hanzel dan Gretel, dan lain-lain.  Motif Kompeni menampilkan serdadu perang dan alat-alat perang, serta alat transportasi pada era kolonial.

buketan

Buketan Van Zuylen, 1900 (photo: Batik Belanda 1840 – 1940, Hermen C Veldhuisen, Gaya Favorit Press 2007)

Era pembatik Belanda berlanjut hingga kedatangan Jepang ke Indonesia (1940-1945). Beberapa pembatik Belanda seperti Eliza Van Zuylen, sempat membatik motif Buketan Gaya Pagi Sore. Gaya Pagi Sore sangat popular disaat zaman pendudukan Jepang, dengan menampilkan dua motif yang dibagi secara seimbang dalam satu kain. Setelah pendudukan Jepang, tidak ada lagi orang Belanda yang melakukan usaha Batik, namun motif Batik Belanda tetap lestari dan banyak diminati hingga kini.

Penulis :Pasattimur Fajar Dewa

Referensi :

  1. Batik Belanda 1840 – 1940, Harmen C Veldhuisen. Gaya Favorit Press, 2007
  2. Batik Indonesia: Mahakarya Penuh Pesona. Paguyuban Pecinta Batik Indonesia Sekar Jagad. Kaki Langit Kencana , 2015
  3. Batik Pesisir  Pusaka Indonesia, Koleksi Hartono Sumarsono, KPG (Kepustakaan Popular Gramedia), 2011