Gencarkan Museum pada Anak-anak
Kepala Museum Batik Nasional Tanti Lusiani mengatakan, saat ini pihaknya eterus menggencarkan program “Museum Masuk sekolah” sebagai upaya memperkenalkan Museum Batik Nasional kepada anak-anak sekolah, terutama di daerah-daerah di luar Kota Pekalongan. “Tahun ini, Museum Batik Nasional mendapat fasilitas mobil operasional itu, kami mendatangi TK dan SD di beberapa daerah di Kabupaten Pekalongan, seperti Wonopringgo, Karangdadap, Bojong dan Kedungwuni,” terang Tanti.
Setiap hari, satu unit mobil operasional itu berkeliling ke tiga sekolah dengan membawa peralatan membatik dan LCD. Ada empat orang dari Museum Batik Nasional yang turut serta dalam mobil operasional tersebut, pemandu, bagian data dan workshop. Di sekolah-sekolah itu, mereka memperkenalkan sejarah Museum Batik Nasional, memaparkan fasilitas apa saja yang ada di museum, serta batik apa saja yang ada di Museum Batik Nasional.
Setelah itu, tim dari Museum Batik Nasional memberikan pelatihan membatik kepada siswa. Usai pelatihan itu, lanjut Tanti, Museum Batik Nasional memberikan suvenir batik untuk dipasang di sekolah. Namun, dalam pelatihan membatik ini siswa hanya dilatih membatik dengan canting tulis, tidak dengan menggunakan canting cap. “Ini untuk memancing anak-anak TK dan SD yang ingin membatik lebih lengkap, baik dengan canting (tulis) ataupun dengan canting cap, bisa datang ke Museum Batik Nasional,” terangnya.
Beri Penghargaan
Beberapa waktu lalu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), memberikan apresiasi dan penghargaan kepada pihak yang telah berjasa dalam pelestarian Cagar Budaya dan Pengembangan Permuseuman dalam Anugerah Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. Museum Batik Nasional di Kota Pekalongan, menjadi salah satu nominator untuk kategori Museum Kota Terbaik. Namun, Anugerah Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman kategori Museum Kota Terbaik diberikan kepada Museum Tekstil dari DKI Jakarta.
Meskipun gagal meraih Anugerah Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Museum Batik Nasional yang diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 12 Juli 2006, telah beberapa kali meraih penghargaan. Di antaranya 2012. “Cipta Pesona Wisata (Cipta) Award 2012” kategori daya tarik wisata budaya dan unsur pengelolaan yang digelar Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Sebelumnya, pada 2009, UNESCO memberikan penghargaan “Best Practice” kepada Museum Batik Nasional atas upaya pelestarian budaya batik yang telah dilakukan melalui pelatihan untuk pelajar. Dalam bingkai itulah, Museum Batik Nasional terus melakukan terobosan-terobosan untuk menjamin transmisi warisan budaya kepada generasi penerus ini. Salah satunya melalui program :Museum Masuk Sekolah”. “Museum Masuk Sekolah” ini mendapat respons positif dari masyarakat. Menurut Tanti, program tersebut telah membangkitkan antusiasme masyarakat, terutama masyarakat dari luar Kota Pekalongan untuk datang ke Museum. (k30-49)
(SUMBER : SUARA MERDEKA, 06-10-2014)