Museum Batik
Pekalongan
Juni 2023
S S R K J S M
 1234
567891011
12131415161718
19202122232425
2627282930  
Pada tanggal yang berwarna "HIJAU" ada jadwal kunjungan atau pelatihan, untuk lebih jelas coba klik tanggal yang berwarna "HIJAU"
Museum Batik Pekalongan

” Museum Batik Pekalongan berada di Jl. Jatayu No. 3 Kota pekalongan
, tepatnya di kawasan budaya Jatayu Pekalongan.

Telp : (0285) 431698

Fax : (0285) 423221

Email : Museum.batik@yahoo.com ”

— Selamat Berkunjung —

Sekilas Tentang Batik

lama

Hingga saat ini pun belum diketahui dari mana kata “batik” itu bermula. Beberapa sumber mengatakan bahwa bangsa Belanda pada awalnya menyebut kain batik sebagai kain lukis dan Istilah kata ‘batik’ mulai terkenal sejak abad 19.Beberapa literaturmengatakan bahwa kata “batik” mempunyai arti ba (amba) yang artinya luas lebar (kain) dan tik (nitik) yang berati titik, yang dija disatukan berarti membuat gambar pada kain dengan titik-titik. Hingga saat ini menurut konvensi nasional dan piagam unesco mengartikan batik sebagai proses pembuatan motif pada kain dengan metode perintangan warna menggunakan malam/lilin panas melalui media canting tulis dan canting.

Hingga saat ini pula, belum diketahui sejak kapan budaya batik bermula. Namun beberapa literatur mencatat masyarakat Jawa telah mengenakan kain batik sejak abad 11. Dipercaya batik telah lama digunakan sejak zaman kerajaan Mataram. Pada masa itu kain batik hanya digunakan oleh keluarga Kraton. Muncul beberapa motif Kraton yang biasa disebut Motif Larangan, motif yang hanya boleh digunakan oleh keluarga Kraton, seperti motif parang, kawung, udan liris, dsb. Belanda tercatat mempunyai andil dalam menyebarkan budaya batik, yaitu memprakarsai batik dapat dipakai oleh masyarakat luas. Masyarakat luas dapat memproduksi dan memakai batik, namun tetap tidak diperbolehkan memakai motif larangan. Batik yang yang diproduksi ataupun yang pengaruhi budaya Kerajaan Mataram (baca: Yogyakarta dan Surakarta) dikenal sebagai batik pedalaman. Batik pedalaman mempunyai ciri berwarna gelap (dominasi coklat dan hitam), dan mempunyai motif berupa simbol-simbol yang mempunyai makna, nilai, dan folosofi tradisional.

Budaya batik kemudian tersebar ke berbagai wilayah di pulau Jawa. Di area pesisir pantai utara pulau Jawa, Batik mengalami perkembangan signifikan. Di area pesisir ini adalah tempat berlabuh orang-orang dari berbagai bangsa seperti Belanda, Tionghoa, India, dan Arab. Khususnya bangsa Belanda yang kemudian memprakarsai ‘batik berwarna’ dan bermotif bebas, dalam arti tidak harus berupa simbol yang mempunyai pakem-pakem tradisional. Munculah istilah batik pesisir yang adalah trend perkembangan batik yang mempunyai aneka warna dan motif bebas. Batik pesisir kemudian dikenal sebagai batik yang mempunyai motif unik, dimana budaya lokal Indonesia berakulturasi dengan berbagai budaya seperti Belanda, Tionghoa, India, Arab, hingga Jepang. Pada saat itu trend motif yang berkembang adalah motif buketan (bouqee) yang artinya adalah serangkaian bunga. Sementara bangsa India dan Arab lebih memberi pengaruh pada motif-motif geometris. Area utama sentra batik pesisiran adalah di Pekalongan, lalu tersebar ke berbagai daerah seperti Cirebon, Lasem, hingga Madura. Di area ini Batik kemudian menjadi komoditas dagang dengan pemasaran keluar pulau Jawa. Perdagangan ini yang menyebabkan budaya batik tersebar ke Nusantara.

lama2

Perkembangan batik telah turut meramaikan sejarah panjang perjalanan bangsa Indonesia. Beberapa jenis dan motif batik telah menjadi penanda sejarah Indonesia. Dengan tetap mempertahankan proses tradisional, budaya batik terus berkembang menampilkan trend-trend motif yang menyesuaikan zaman. Namun di zaman modern ini muncul produksi tekstil modern (cetak/sablon) dengan memakai gambar motif batik yang dikenal dengan istilah batik printing. Batik printing ini banyak diminati masyarakat karena harga nya yang dapat ditekan murah.Dari sisi produksinya juga cepat dan masif. Hingga kini banyak bermunculan pabrik-pabrik tekstil yang memproduksi batik printing dalam skala besar. Namun batik printing bukanlah batik, karena menggunakan teknik modern (sablon/cetak), bukannya teknik tradisional menggunakan malam dan canting. Budaya batik adiluhung yang bernilai tinggi hanya dimiliki oleh batik dengan proses tradisional. Pelestarian batik tradisional inilah yang sangat diperlukan agar budaya tetap terjaga. Untuk itu masyarakat perlu diberi pengertian dalam membedakan mana yang batik dan mana yang bukan batik.

Kota Pekalongan adalah kota yang terkenal sebagai sentra batik dari zaman dulu hingga sekarang. Hingga saat ini industri batik di Kota Pekalongan tetap mempertahankan proses tradisional dan terus memproduksi batik-batik asli yang dijual ke berbagai daerah, hingga ke luar negeri. Komitmen dan peran serta Pemerintah Kota dan masyarakat sangat diperlukan untuk tetap melestarikan budaya batik tradisional. Di Kota Pekalongan, Pemerintah telah mencanangkan dua kampung batik yaitu Kampung Batik Kauman dan Kampung Batik Pesindon sebagai sentra pembuatan dan penjualan batik tradisional. Selain itu ada juga Kampung Canting Landung Sari sebagai sentra pembuatan canting tulis dan Canting Cap. Untuk pemasarannya, juga didirikan Pasar Grosir Batik Setono sebagai pusat penjualan batik, serta beberapa pasar lain yang juga adalah sentra penjualan batik seperti Pasar Banjarsari, Sentra Batik PPIP, dan lain-lain. Kota Pekalongan juga mempunyai ikon wisata budaya utama yaitu Museum Batik Pekalongan yang menyimpan banyak koleksi batik bernilai tinggi dari berbagai daerah.